by Khalil Gibran
Kasihan bangsa yang memakai pakaian yang tidak ditenunnya, memakan roti dari gandum yang tidak dituainya dan meminum anggur yang tidak diperasnya
Kasihan bangsa yang menjadikan orang bodoh menjadi pahlawan, dan menganggap penindasan penjajah sebagai hadiah.
Kasihan bangsa yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya ketika tidur, sementara menyerah padanya ketika bangun.
Kasihan bangsa yang tidak pernah angkat suara kecuali jika sedang berjalan di atas kuburan, tidak sesumbar kecuali di runtuhan, dan tidak memberontak kecuali ketika lehernya sudah berada di antara pedang dan landasan.
Kasihan bangsa yang negarawannya serigala, falsafahnya karung nasi, dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.
Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya dengan trompet kehormatan namun melepasnya dengan cacian, hanya untuk menyambut penguasa baru lain dengan trompet lagi.
Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu menghitung tahun-tahun berlalu dan orang kuatnya masih dalam gendongan.
Kasihan bangsa yang berpecah-belah, dan masing-masing mengangap dirinya sebagai satu bangsa.
****
My notes:
Semoga kita tidak terjebak lama-lama sebagai Bangsa Kasihan
*Copy-paste dr sebuah milis.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Just a place to share thoughts and opinions. We are definitely not a part of any factions than the truth finders.
Selasa, 18 Juni 2013
Senin, 10 Juni 2013
Sponge Pink Cantikku
Alkisah hari ini gue dan adik gue pergi belanja kebutuhan kamar mandi di sebuah supermarket. Dasar gue udah jadi calon ibu-ibu rese sambil merhatiin adik gue nyari-nyari sabun mandi, komentar, "Lah, bukannya kayaknya baru dibeliin? Kok udah abis? Lo pake sponge ga sih kalau pake sabun cair?" Dan tepat kecurigaan gue dijawab dengan "Ngga". Langsung lah si calon ibu-ibu rese ini (menunjuk ke diri sendiri) merekomendasikan adik gue untuk beli sponge. Sambil nambahin komentar panjang lebar layaknya SPG sponge mandi merk terkenal (emang ada?) "Kalau pake sabun cair itu harus pake sponge. Lo cuma butuh sedikit sabun dan busanya wuah banget. Karena emang lo ga butuh banyak-banyak. Kalau cuma pake tangan ya iyalah ga berbusa dan bikin si sabun cair cepet abis."
Kebetulan gue sendiri baru aja milih sponge baru berwarna biru. Di rak display-nya memang hanya tersedia dua warna, Biru dan Pink. Gue pikir ya sudahlah ya kalau kita sama-sama punya sponge warna biru karena kamar mandi kita kan terpisah. Kenapa gue berpikir adik gue akan milih warna biru? Karena saudara-saudaraku setanah air yang tercintah, kita ini terdoktrin untuk berpikir bahwa biru adalah warna cowok dan pink adalah warna cewek. Kenapa gue pilih warna biru dong? Ya karena cewek lebih bebas milih hihihi...
Namun ternyata...! Adik gue ngambil sponge yang berwarna pink sambil komentar, "Ah, ga penting kan ya warnanya apa? Lagian siapa juga yang ngomongin warna bath sponge-nya ke orang-orang.", lalu dia masukin si sponge pink ke dalam keranjang belanja kami sambil melengos cuek. Diem-diem sebenernya gue pingin tepuk tangan dan ngayal beberapa pengunjung di sekitar kami ikutan tepuk tangan atas cara berpikir adik gue yang melepaskan diri stereotipe XD Mungkin memang komentarnya masih ada nuansa "menyembunyikan sebuah sponge warna pink" yang rasanya aib banget kalau ketahuan khalayak banyak, tapi yang terpenting dia berani ngga dikatain bencong hanya karena sebuah sponge pink hihi..
Iya, iya, ini adik gue yang dulu sempet curhat kalau dia suka mikirin cium temen cowoknya kalau cuma berduaan hahaha...tapi terlepas dari kemungkinan adik gue sama androginus dan/atau queernya dengan gue, GUE AJA OGAH BELI SPONGE PINK KARENA ITU CEWEK BANGET =P
So, salut for you Bro! Semoga semakin banyak anak cowok yang kayak lo. Semakin banyak anak-anak cowok yang pake kaos pink karena menurut mereka itu keren dan ngga mengurangi "kejantanan" mereka. Kalau lo cowok dan lo takut warna pink bikin titit lo mengecil, mungkin sebenernya titit lo emang udah kecil hehe..Warna ngga punya gender, bung. Warna ngga bikin jenis kelamin lo berubah jadi cewek. Lagian apa yang salah dengan jadi cewek? Apa kita gender yang lebih rendah dari cowok? Jangan racuni anak-anak kita dengan stereotipe dan pengkotak-kotakan yang sifatnya superficial banget. OK? Sip.
Labels:
everyday lives,
family,
homophobic,
mithya,
proud
Langganan:
Postingan (Atom)