Halaman

Minggu, 09 Oktober 2011

Kutang - Part 3 (complete)

Dena, begitu aku memanggilnya sekarang, menghentikan bajaj, menawar dan mempersilahkan aku naik duluan. Duduk rapat disampingku, entah sengaja atau tidak, beberapa kali, tangannya mampir di paha untuk berpegangan dari goncangan bajaj.

Aku meremang.

Perempuan yang aneh. Baru sekali ini aku bertemu seseorang dengan daya tarik fisik sedahsyat dia.

Lima belas menit kemudian, bajaj berhenti di tepi suatu jalan di depan rumah bercat putih dengan pohon-pohon rindang.

Aku tiba-tiba ragu.Apa yang aku lakukan disini?

Sepertinya Dena membaca galau di rautku, setelah membayar bajaj, dia menggandeng pergelangan tanganku menuju rumah bercat putih. Aku lagi-lagi terbius olehnya. Menurut mengikutinya ke paviliun di samping kanan rumah.

Kamarnya.

Bunyi kunci bergemerincing, pintu terbuka. Aku melepas sepatu menaruh di atas rak di bawah jendela, meniru Dena.

Dipersilahkannya aku masuk ke kamarnya cukup luas dan cukup rapi. Deret rak buku dan meja komputer juga kulkas kecil di tembok kanan. Di tembok kiri, kasur queen size tanpa ranjang dengan 1 buah lemari pakaian di sisinya.

Aku berdiri di depan rak buku, melihat-lihat koleksinya.

Dena menutup pintu, mengambil remote menyalakan AC.

"Mau minum apa?", tanyanya sambil membuka kulkas.

"Engga, makasih, abis minum kan tadi", tolakku halus.

Dia mengambil sebotol kecil air mineral dan meneguknya sambil menutup mata. Nikmat sekali tampaknya. Aku menatap takjub. Kok bisa orang minum air saja bisa tampak...uum..sensual?

Kacau sekali kepalaku ini.

Sedetik sebelum tetes terakhir, aku langsung membuang pandangan, kembali terpekur menatap sampul buku. Padahal di kepalaku cuma terbayang, bagaimana aku ingin menjadi air itu, masuk melalui celah bibirnya, dinikmati, turun di leher jenjangnya, memuaskan dahaga.

Aaa. Aku sudah gila. Jantung berdegup tak beraturan.

"Sasti..", panggilnya

"Yaa, " jawabku mengangkat kepala, kearahnya.

Darahku berdesir ke perut bawah. Terpilin. Kupu-kupu.

"Tolong lagi," pintanya manja. Menggelung rambutnya ke atas. Dia memunggungiku, meminta diturunkan ritsleting bajunya.

Kok jantungku ga copot-copot ya. Serapah dan tanya di kepala.

Aku menurunkan ritsleting baju bunga-bunganya. Membantunya menarik ke atas kepala. Terlempar di lantai.

Tahi lalat di atas beha. Punggung bersayap malaikat.

"Gue mau cobain behanya lagi", ujarnya menjawab pertanyaan di kepala, dia mau apa.

Berjalan gemulai dengan celana pendek dan beha hitam Dena duduk bersila di kasur membuka kantong plastik belanjaannya.

Mengambil beha ungu, membuka beha hitam yang dipakainya.

Dada kencang dengan puting menantang.

Aku bengong. Tersadar dan memalingkan muka. Aku mau pulaaang. Ini gila.

"Sasti, bagus ga?", panggilnya.

Aku melihat sekilas dan mengangguk. Aku basah. Ini engga bagus. Sama sekali tidak. Dia mau apa.

"Sasti, kalau yang biru?"

Aku tidak tahan.

Aku berjalan ke arahnya tanpa bisa kukendalikan. Menerjang. Menciumnya di bibir. Manis. Menggigitnya. Kasar. Aku mencari-cari lidah. Membelainya. Lama-lama pelan. Aku baru sadar, dia membalas pagutanku.

Tangannya satu memegang pipiku, satu memeluk pinggang.

Aku tidak bisa berhenti. Otakku mati. Merasakan dadanya menempel ketat di dadaku. Bergesekan.

Tanganku bergerak ke punggung Dena, melepaskan kaitan beha, membiarkan dada dengan puting menantangnya jatuh melawan sendiri daya tarik bumi.

Dia rebah, menarikku ke atasnya, melepas paksa kacamataku, meraih kerah kaosku dan menariknya dari atas kepala.

Melepas kaitan behaku.

Puting dengan puting. Aku mengulumnya. Memberikan semua pemujaan yang aku bisa.

Aku mengerang. Dia melenguh.

Memainkan irama yang sejalan. Kamu menggapai langit. Cepat. Cepat. Dan meledak.

Mataku terbuka saat semuanya. Melihatnya menegakkan leher, mengalungkan peluk ke dada.

Cantik. Dengan peluh dan ekor kuda.

Sesaat kami bersisian, saling menggenggam tangan menatap langit-langit. Dia berkata, "aku bukan lesbian".

"Apalagi aku", bisikku..

**** the end**

Readers, please do let me know what do you think about it.
*GRIN*

Mucho loves, Lushka
Sent from Maroon

8 komentar:

Unknown mengatakan...

Wakakaaa niceee siz!! Love the story line..mengingatkan gw akan jaman2 gw baca stensilan dulu..hahahaha

Stephie Daydream mengatakan...

Ceritanya keren ... :) 'Aku bukan lesbian' - aku nangkepnya sih seperti bilang 'enggak perlu label lesbian atau straight segala - aku hanya memuja keindahan kamu' hehehe ... keren Mbak Lushka! XD

Anonim mengatakan...

aje gile.. keren!



-dean-

Sinyo mengatakan...

kereeeeeeeeeeeeen... asyikkk bacanyaaaaa.... hehehhehe

Anonim mengatakan...

hehehehehehe

*gak penting komen gue. cm mo ikut inyo ketawa hahaha

-dean-

Anonim mengatakan...

wkwkwkwkw cerita bikin deg deg :D btw real story bukan ?? wah si mithya ga geram tuh :D

by. AW

Lushka mengatakan...

@ Ruben, makasih lho sist..hahaha. Nanti bikin yang lebih bokep lagi yaa hihi

@Steph, thank you darliiiin. hehe. tepat. seperti itulah kira2 maksudnya.

@Sinyo,Dean , makasiii
@AW , hahaha. Engga kok, ini fiksi. Mithya? biasa aja thu dia hehe

Anonim mengatakan...

HOT! .. but nice. Lagi dong lagi dong hahaha

-carmen