Just a place to share thoughts and opinions. We are definitely not a part of any factions than the truth finders.
Selasa, 21 Agustus 2012
Being grateful with a jar of positivity
Post ini terinspirasi dari post Lushka sebelumnya yang berjudul "Happiness". Gue tau Lushka baru aja bangkit dari keadaan yang sangat tidak menyenangkan dan perlahan-lahan mulai berjuang ngelawan segala perasaan dan pikiran yang nahan dia terus menerus merasa ngga bahagia. So I salute you, dear to keep being strong and keep on fighting. Gue setuju kalau salah satu tujuan utama hidup itu adalah untuk menjadi bahagia dan bahagianya masing-masing orang itu beda. Impossible lah menurut gue kalau apa pun cita-cita dan keinginan lo di hidup adalah yang ngga bikin lo bahagia. Tapi gue mungkin mau nambahin catatan tentang "bahagia" ini. Seperti komentar Rie juga, tujuan akhirnya Bahagia, tapi gimana kalau nabrak sama hak orang lain untuk bahagia? nah, itu sih jawaban masing-masing aja. Soalnya kadang ada orang-orang yang pantas sengsara dibawah kebahagiaan kita hihihi...nah, just kidding....kinda =P
Post ini juga terinspirasi sama jawabannya Blue. Karena sebenernya gue pingin komentar yang senada dengan lo di post lushka. Sebelum kita mengawang-awang tentang "Apa sih yang bikin gue bahagia?", "Pekerjaan apa?", "Sukses berkeluarga?", "banyak teman?" dst dst dll dkk, gue pingin sharing satu hal simple untuk bisa bahagia dalam bentuk hal terkecil. Bersyukur. *pasang tema background musik islami, pasang jilbab, main rebana* hehe...ngga, gue seriusan ngga pake sok khotbah sholat jumatan nih. Gue beneran serius kalau elo-elo masih ngga tau kebahagiaan lo apa, ngga usah cape-cape mikir jauh-jauh atau tinggi-tinggi sampe nyari wangsit ke taman makam pahlawan. Kita sekut aja dulu bro hihi...
Ceritanya sekitar 3 tahun yang lalu gue dapet kuliah yang temanya Psikologi Positif. Alih-alih dari segala kebusukan, penyakit dan keabnormalan mentalitas manusia yang dicekokin ke otak para calon psikolog jaman dulu, gue diperkenalkan dengan satu aliran psikologi yang rasanya kayak pencerah diantara aliran-aliran yang fokusnya sering berkubang pada penyakit mental manusia. Di salah satu kuliah awalnya, gue dapet tugas yang sederhana banget dari profesor gue: "Tolong dituliskan, setiap hari, minimal 3 hal yang kamu bisa syukuri selama satu minggu ke depan. Maksimal..sebanyak-banyaknya.". Berhubung gue waktu itu lagi seneng kuliah, gue kerjain tu tugas TIAP HARI. Tapi teteup karen amales mikir cuma nulis 3, dan mentok-mentok 4 biji supaya ngga diceng-cengin anak-anak sekelas dibilang kerajinan hihi...Setelah seminggu, kita diminta sharing beberapa hal yang kita syukuri di kelas dan ditanya apa perasaan kita waktu nulis dan pada waktu itu ngeliat ke belakang apa yang udah terjadi selama seminggu.
Bersyukurnya simpel aja, bro eh sis eh jeng ya? "Saya bersyukur pagi ini ngga hujan, jadi saya ngga ngulet-ngulet lagi di tempat tidur dan bikin telat kuliah" "Saya bersyukur saya inget sama tugas kuliah yang harus diselesain hari ini supaya ngga kena kompensasi" atau "Saya bersyukur pas udah cape banget mau pulang, bis langganan langsung hadir depan muka tanpa harus nunggu lama-lama". Efeknya? Dahsyat. Somehow seminggu itu gue ngerasa lebih berenergi. Seminggu itu gue ngerasa lebih BAHAGIA. Tau darimana? dari hasil perbandingan tes yang dikasih sama profesor gue minggu lalu dan setelah si tugas bersyukur itu (emang dasar psikolog, ngga valid kalo ngga pake tes hehe).
Cuy, gue ngga bullshit. Gue ngga lagi jualan obat. Lo boleh coba owe olang punya pengalaman buat bikin you hepi. Bersyukur pelan-pelan. Jangan cuma berhenti di situ tapi. Tulis deh. Karena emang kita sebagai manusia pada dasarnya punya kelemahan untuk cuma inget sama hal-hal yang nyakitin kita. Kita juga tertipu sama dunia yang bilang bahwa kebahagiaan itu kesuksesan dalam bidang A lah, bidang B lah dst dst. Padahal dalam sehari kita bisa bersyukur lusinan kali.
Mau di-upgrade tugas seminggu itu jadi sesuatu yang lebih fun? gue baru baca sesuatu yang mirip di tumblr semingguan yang lalu tentang seorang cewek yang punya kebiasaan menuliskan hal-hal yang menyenangkan setiap terjadi sama dia di secarik kertas lalu dimasukkan ke dalam satu botol kaca. Di malam tahun baru, semua isi botol kaca itu dia keluarin satu-satu untuk disyukuri kalau ternyata tahun yang dia udah lewatin ngga jelek-jelek amet =)
Boleh dicoba kakaaaakk...dan ngga perlu nunggu sampe awal tahun depan untuk mulai. Start today or tomorrow. Lo cuma butuh kertas, pulpen dan satu botol kaca. And I wish you all happiness ^^
notes for lushka: Still remember those two little glass jars I gave to you on our anniversaries? If you start doubting of how good you are or how I always care about you., take a peek. Hope it can be your jar of positive feelings.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
Mengenai toples bahagia itu, gw dah mulai beberapa tahun yang lalu yaitu blog gua! Iya, sih, pilihan gw sendiri jadi guru dan gw sebagian besar waktu bahagia menjadi guru. Tapi, ternyata kekecewaan gw juga banyak atau terlalu banyak sampe2 ada saatnya, berkali-kali, gw musti memikirkan ulang keputusan itu. Akhirnya gw nulis blog yang berisi hari2 yg bikin gw hepi bikin gw tahu kalau apa yg gw lakukan ini bermakna, minimal untuk diri sendiri.
Tapi gw rada ragu untuk setuju kalau bahagia itu bersyukur. Bagi gw sendiri, bersyukur itu mungkin salah satu langkah dalam kebahagiaan. Langkah lain lagi, menerima, tapi bukan menerima dalam arti kata 'nrimo' itu. Atau bahagia bagi setiap kita dalam setiap waktu itu mungkin berbeda-beda maknanya.
Beberapa tahun yang lalu, gw bahagia karena gw tahu gw hidup tidak serendah mencari banyak uang melainkan banyak memberi. Lalu gw bahagia karena gw sedang bertarung sama diri gw sendiri sebelum gw berani untuk bertarung sm sakit gw. Sekarang, mungkin bahagia gw lebih simpel: gw bahagia pada setiap hari yang gw lewatin sampai akhir nanti. Atau untuk sekarang, gw bahagia karena berhasil bertemu lagi dengan Ramadhan dan berharap bisa ketemu lagi sama Ramadhan tahun depan.
Gw pernah baca di satu buku, lupa buku apa, manusia paling bahagia saat dia berjuang melawan sesuatu. Dia mungkin gak menyadari itu. Tapi nanti pada saatnya dia tidak lagi berjuang, atau merasa tidak ada lagi untuk diperjuangkan, dia baru sadar bahwa pada saat dia merasa paling tidak bahagia itu, dia bahagia. Yah, atau mungkin manusia memang fitrahnya aja kali ya ingin merasa berguna, hehe..
Eh atau... eh atau... eh atau...
Tiap kali ada cerita bahagia yang mau disyukuri, tulis di blog dan dishare sama semua orang!
We can always look back :D
aku bisa bayangin siapa aja yang pantas sengsara semisal aku coming out XD
Posting Komentar