Ini cuma sekedar kekaguman gue (lagi-lagi) pada otak yang menerjemahkan dan memberi makna pada beberapa kata yang kemudian menghasilkan reaksi metafisika, halah, engga deng, menghasilkan reaksi gegap gempita di dada. Jieh.
Sebut saja namanya, Cinta.
Inget-inget deh, apa sih kata-kata yang ga ada hubungannya dengan 'centah' yang pernah "mantan, pacar, gebetan, ex gebetan" ucapkan ke elo.
Ini contoh ya, contoh lho ini, mithya had me at 'lushka, I was just kidding' .
It strikes me.
Coba mana dari kata-kata itu yang istimewa? Ga ada kan.
Tapi waktu itu, mithya bilang begitu bikin gue meleleh.
Atau waktu gebetan manggil 'jeung' , yang mana sebenarnya biasa aja gitu ganti kalo diucapin oleh yang lain.
Atau bahkan kalau si pacar bilang, 'kamu heh ku' . Apa coba heh ?
Kenapa jadi signifikan?
Bagaimana proses kerja kepala, ngasih tau perasaan, kalau 'kata-kata magis' itu, bisa bikin peternakan kupu-kupu di perut riuh atau melorotin jantung dan dentam jantung bertalu?
Mana lebih dulu?
Si kata-kata? Atau asumsi kita pada penuturnya?
*ps: kalau dulu, gue melted pada penggunaan intonasi pengucapan nama gue. Somehow it made me think that I am special. =)
Elle & Ket, pengambilan sample kalimat hanya karena agar lebih memudahkan penulisan. Terimakasih. Hehe.
Sent from BlackBerry® device ; please kindly excuse typos, brevity, abbreviations or anacoluthia.
1 komentar:
"Mana lebih dulu?
Si kata-kata? Atau asumsi kita pada penuturnya?"
Gw setuju sama asumsi pada penuturnya sih. Bukan apa yang diucapkan tapi siapa yang mengucapkan. Karena lalo denger kata - kata yang sama tapi yang ngomong orang lain sih rasanya biasa aja.
indy..
Posting Komentar