Halaman

Sabtu, 16 April 2011

Corrective rape



Sharing dikit dengan apa yang gue baru baca sekitar sebulan lalu ketika satu grup aktivis bernama “Sowetan” di Afrika Selatan menggelar aksi demo di depan parlemen agar pemerintah menanggapi masalah Corrective rape dengan lebih serius. Kekerasan terhadap kaum homoseksual udah bukan hal yang baru lagi untuk didengar. Dimana-mana di setiap negara pasti ada hate crime terhadap mereka. Dari bullying secara verbal hingga tindakan membunuh. Tapi yang lebih gila lagi kalau hate crime ini dijadikan suatu alasan di suatu negara karena dianggap benar..

Satu peristiwa yang jadi sorotan internasional tentang salah satu hate crime terhadap kaum homoseksual adalah cerita pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Eudy Simelane. Simelane adalah seorang pemain sepak bola wanita nasional Afrika Selatan yang sudah come out sebagai Lesbian dan beraktivitas sebagai aktivis hak kaum LGBT. Pada tanggal 28 April 2008, ia ditemukan meninggal dalam keadaan mengenaskan; Setengah telanjang, memar seluruh tubuh hasil pemukulan dan ditusuk sebanyak 25 kali di wajah, dada dan kaki. Setahun kemudian empat pelakunya diadili. Dua orang divonis penjara 34 tahun

Kenapa cerita ini menjadi sorotan internasional karena hal ini membuka mata banyak orang tentang kepercayaan Corrective rape yang dipegang oleh orang-orang Afrika Selatan. Setidaknya bagi para lelakinya. Mereka percaya bahwa apabila seorang lesbian diperkosa oleh laki-laki maka ia akan “sembuh” dan kembali “normal” menjadi heteroseksual. Rasanya pingin pasang soundtrack rem mendecit sambil bilang WHAT THE FFF…..hehe..yah tapi kenyataannya memang begitu. Mungkin sebagian dari mereka pura-pura tidak tahu dampak pemerkosaan apa, tapi memang sebagian besar dari penduduk Afrika Selatan tidak memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Budaya dan kepercayaan yang salah tentang seks memang terjadi di Afrika Selatan hingga selatan. Sudah tauhu juga kan Afrika merupakan benua dengan tingkat penderita AIDS tertinggi di dunia. Ngga kurang dari 3 juta penduduknya merupakan penderita AIDS.

Masalahnya pemerkosaan di Afrika Selatan bukan hanya saja terjadi pada Lesbian. Dari 4000 wanita yang diwawancarai dalam suatu penelitian, 1 dari 3 orang mengaku pernah diperkosa. Para lelakinya pun ketika diwawancarai 3 dari 4 orang mengaku pernah memperkosa lebih dari satu wanita ketika mereka belum menginjak usia 20 tahun. 1 dari 10 orang laki-laki disana bahkan mengaku pernah memperkosa ketika mereka masih dibawah usia 10 tahun.

Perilaku bar-bar? Yep, bisa dibilang begitu. Tapi semuanya kembali ke kebudayaan yang salah dan kurangnya pendidikan yang diterima oleh orang-orang Afrika Selatan ini. Mereka benar-benar percaya apabila seorang perempuan mengatakan “tidak” ketika diajak berhubungan seksual, maka sebenarnya artinya “iya”.

Sigh. Kalau mau membaca laporan-laporan tentang corrective rape dan pemerkosaan yang terjadi di daerah Afrika Selatan bisa bikin depresi. Ngeri. Sedih. And wish that the world could do more than just goes “ooh..” “aah..” “ew…” “wow..” ketika tahu fakta ini dan mulai melakukan sesuatu yang bisa merubah keadaan buruk di suatu tempat seperti Afrika Selatan.

1 komentar:

Lushka mengatakan...

So sad.
Thanks for sharing the informations, b.