Did you know di Albania ada sebuah budaya yang disebut dengan “sworn virgin” atau burnesha?
Albania adalah sebuah negara di Eropa bagian selatan dekat Yunani dan masih memiliki budaya sexist. Peran sosial antara pria dan wanita beneran masih kaya jaman ibu kita Kartini dulu. Laki-laki yang boleh pergi berkerja, jalan-jalan, ngopi-ngopi, dan tentunya pemegang harta sepenuhnya. Perempuan hanya bisa jadi anak atau istri yang kalau jaman sekarang lebih tepat disebut dengan pembantu. Uniknya, walaupun budaya itu sangat ketat muncul budaya lain yang tercipta untuk membantu keluarga-keluarga yang ngga punya anggota keluarga laki-laki.
Misalkan sebuah keluarga hanya memiliki serentetan anak perempuan dan suatu hari ayahnya meninggal dunia, siapa yang akan mengurus keluarga mereka? Perempuan HARAM memegang kontrol harta atau bertanggung jawab mengurus penghidupan keluarga. Don’t forget kalau mereka ngga boleh petantang petenteng keluar rumah untuk beraktivitas.
Disini munculnya budaya “sworn virgin” itu. Salah satu dari perempuan di keluarga yang “manless” itu harus bersumpah menjadi laki-laki seumur hidupnya. Dia harus berpakaian dan berpenampilan seperti laki-laki. Berubahnya juga ngga boleh setengah-setengah, dia juga harus berjalan dan berbicara seperti laki-laki. Dia yang pergi bekerja dan bersosialiasasi dengan laki-laki lain. Masyarakat akan melihat para “sworn virgin” ini sebagai laki-laki. What’s the catch? Ya “sworn virgin” itu, bahwa dia bersumpah selamanya jadi perawan dan ngga akan bisa balik lagi jadi perempuan.
Perbedaan yang pingin gue kenalkan disini adalah mereka bukan lesbian, mereka juga bukan transeksual. Padahal kalo dilihat they do look very butchy. Bangsa Albania ngga mengenal homoseksual, mereka hanya mengenal pernikahan laki-laki dan perempuan. They don’t condemned it, it’s just not something that would even pass their minds. Mereka benar-benar perempuan yang terjebak dengan budaya sexist untuk menjaga keluarga mereka. Very nobled actually, tapi sangat menyiksa karena banyak yang mengatakan bahwa mereka terpaksa dan hidup tersiksa.
Saat ini “sworn virgin” yang tersisa hanya tinggal beberapa puluh (kaya binatang langka ya) karena walaupun ngga ada larangan legal dari negara atau budaya, tapi derajat perempuan saat ini perlahan-lahan udah membaik. Jangan salah, budaya mereka tetep sexist. Setidaknya untuk ngurus keluarga udah ngga perlu berpura-pura jadi laki-laki. “Sworn virgin” masa kini emang karena pengen jadi laki-laki dan dapet kebebasan penuh layaknya laki-laki (kayaknya menurut gue kalo yang sekarang udah beneran transeksual).
Selain takjub dengan pengorbanan mereka, gue juga ngga bisa bayangin gimana rasanya harus terpaksa jadi laki-laki seumur hidup padahal sewajarnya mereka pasti pernah punya feeling dengan laki-laki lain. Pingin nikah, pingin punya anak dan keluarga. Atau mereka yang mencari kebebasan laki-laki tapi terkurung dalam sumpah perawan mereka. Any other way, in the end, they live alone and will take care of themself.
Heads up! ternyata not all butch in the world are gays.
2 komentar:
wah, klo gitu aku bisa dong jadi sworn virgin di rumah, hehehe
hehehhee..bisa2 aja Dian, tapi beneran ga nikah dan juga ga ama cewek..hehehehehe.
Bisa gaaaaa?
Posting Komentar