Perempuan itu berjalan lurus, terus, tak memperhatikan sekitarnya tak juga ia melihat kakinya menyeret tas kresek hitam lengket tampaknya bekas muntah orang di terminal itu. Perhatikan tatapnya yang kelam selegam rambutnya yang kotor terurai dihembus semilir ditengah hiruk pikuk lagu dangdut bercampur teriakan kernet merayu penumpang.
Ia terus melangkah dengan bahu kurus dan pinggang melenggang seakan akan ia di sedang di panggung adibusana. Tak dihiraukannya kubangan di jalan yang membuat kakinya semakin dekil berlumpur ataupun tatapan takut-takut seorang perempuan yang sedang menunggu angkot sore itu.
Terseok-seok, tersaruk-saruk seakan yang dituju pasti. Tiba-tiba ia berhenti. Matanya nanar melihat di kejauhan. Sekilas matanya bercahaya, bibirnya menyunggingkan sesuatu yang mirip senyuman tapi lebih tampak seperti serangai seekor monyet dengan gigi berantakan bolong-bolong mirip gawang.
Ia bertepuk tangan sedikit melonjak. Ia terus bertepuk tangan, terus melonjak. Dadanya naik turun malas dibalik kaos tipis kumalnya. Ia melonjak, menunjuk, bertepuk tangan di tempat dengan ritme yang tetap. Memanggil hujankan ia?
Bibirnya masih menyungging serangai, saat dia memutuskan untuk berlari untuk menuju seorang gadis manis yang sedang duduk di halte. Ia ingin memeluknya!. Si gadis manis kaget, takut, berdiri, mengambil ancang-ancang menyelamatkan diri,si perempuan yang berjalan lurus itu mempercepat langkahnya dan mengembangkan peluknya. Seorang laki-laki tiba-tiba merangsek menghentikan lajunya, ia tak peduli , ia lari, ia harus lari, kali ini dia harus lari. Harus. BUG. Sekepal tangan bersarang di dadanya. Dan semua gelap.
Perempuan yang tatapnya kelam itu terkapar di tanah, membuka mata dan melihat langit biru menyambutnya. Orang-orang yang melihatnya menyunggingkan dan membisikan sesuatu...’perempuan gila’..Perempuan itu masih diam tenang-tenang di tanah, matanya sekarang dibanjiri hujan yang turun dari pelupuknya. Ia bergumam...”aku tidak gila..aku tidak gila...aku tidak gila..” Ia merapalnya lebih cepat, lekas bangun, matanya nyalang menatap langit, seperti ditabuh manteranya sendiri kali ini berteriak menunjuk dadanya sendiri ”AKU TIDAK GILAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!”
Ia terus melangkah dengan bahu kurus dan pinggang melenggang seakan akan ia di sedang di panggung adibusana. Tak dihiraukannya kubangan di jalan yang membuat kakinya semakin dekil berlumpur ataupun tatapan takut-takut seorang perempuan yang sedang menunggu angkot sore itu.
Terseok-seok, tersaruk-saruk seakan yang dituju pasti. Tiba-tiba ia berhenti. Matanya nanar melihat di kejauhan. Sekilas matanya bercahaya, bibirnya menyunggingkan sesuatu yang mirip senyuman tapi lebih tampak seperti serangai seekor monyet dengan gigi berantakan bolong-bolong mirip gawang.
Ia bertepuk tangan sedikit melonjak. Ia terus bertepuk tangan, terus melonjak. Dadanya naik turun malas dibalik kaos tipis kumalnya. Ia melonjak, menunjuk, bertepuk tangan di tempat dengan ritme yang tetap. Memanggil hujankan ia?
Bibirnya masih menyungging serangai, saat dia memutuskan untuk berlari untuk menuju seorang gadis manis yang sedang duduk di halte. Ia ingin memeluknya!. Si gadis manis kaget, takut, berdiri, mengambil ancang-ancang menyelamatkan diri,si perempuan yang berjalan lurus itu mempercepat langkahnya dan mengembangkan peluknya. Seorang laki-laki tiba-tiba merangsek menghentikan lajunya, ia tak peduli , ia lari, ia harus lari, kali ini dia harus lari. Harus. BUG. Sekepal tangan bersarang di dadanya. Dan semua gelap.
Perempuan yang tatapnya kelam itu terkapar di tanah, membuka mata dan melihat langit biru menyambutnya. Orang-orang yang melihatnya menyunggingkan dan membisikan sesuatu...’perempuan gila’..Perempuan itu masih diam tenang-tenang di tanah, matanya sekarang dibanjiri hujan yang turun dari pelupuknya. Ia bergumam...”aku tidak gila..aku tidak gila...aku tidak gila..” Ia merapalnya lebih cepat, lekas bangun, matanya nyalang menatap langit, seperti ditabuh manteranya sendiri kali ini berteriak menunjuk dadanya sendiri ”AKU TIDAK GILAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!”
*tapi orang tidak peduli, mereka terus memandangnya seakan dia benar-benar gila. Sudah gila, suka perempuan pula. Benar-benar gila.
4 komentar:
apa ga kaget gitu dikejar2 ama perempuan kek gitu? Duh ngeri ah *glek.
...dan apakah engkau gadis manis yang duduk di halte itu?...hihihihihihi
@Lushka : Akh, jangan-jangan perempuan nanar dan terseok-seok itu kamu terus gadis manis itu yah si Mithya. :p
P.S : "Aku yakin kok kamu tidak gila." pshhhhhttt ndak usah pake jerit ama tunjuk2 dada :p
Mithya maniiiissss banget apalagi kalo lagi duduk bengong depan tipi, nontonin TV series. Ccck..cck.. gemes, pengen matiin tipinya. Kacang..kacang...kacang...
Posting Komentar