Halaman

Selasa, 03 Februari 2009

Strap on

Beberapa hari yang lalu gue mendownload video bokep lesbian yang menggunakan strap on. Itu lho, mainan sex berbentuk penis atau mirip penis yang diikatkan ke bagian kelamin. Gue dari dulu penasaran ngeliat bagaimana para lesbian ini menggunakan strap on. Ceritanya supaya ngga capek pake tangan, si pemakai strap on tinggal maju mundurin pinggang sambil menyetubuhi pasangannya. Yah, menyerupai hubungan seks perempuan dan laki-laki.

Rasanya seperti menonton video lawak. Mosok toh si dildo diisep-isep dulu dalam waktu yang sangat lama and note this: si pemakai strap on gayanya seperti menikmati layaknya cowok yang sedang di Blow Job. Pemandangan yang aneh. The licking, i get it. Some kind of act of natural lubricating. But the pleasure face the other women had? Maksudnya apa?

Hal yang terpikir kedua adalah, betapa (andaikan penggunanya pasangan lesbian) mereka sebenarnya merendahkan konsep orientasi seksual diri mereka sendiri. Tentu saja pasti ada pasangan lesbian diluar sana yang menggunakan strap on untuk berhubungan seksual. Ngakunya lesbi dan tidak tertarik dengan laki-laki sama sekali, tetapi mereka malah melakukan hubungan intim menggunakan benda yang bentuknya alat kelamin laki-laki. That’s a mind puzzle. Jadi kalo ada cewek bertitit, lesbian-lesbian ini mau?

Ceritanya akan berbeda kalau strap on atau dildo yang digunakan tidak berbentuk persis seperti penis. Seperti yang dulu pernah gue post tentang sebuah vibrator elegan berwarna-warni.
Tapi lagi-lagi jadi mikir, mau bagaimana juga kita jungkir balik, perempuan butuh penis (benda berbentuk silinder) dan laki-laki butuh vagina (benda berlubang) untuk urusan biologis yang satu ini.

Boong banget kalau seumur hidup lo hanya akan mau menikmati bermain-main dengan jari dan klitoris. Atau lo mau berhubungan seks dengan memasukkan benda-benda berbentuk bintang? mobil? atau buku? Nope, you ought to pick a cylinder. It's just the way it is. Kebutuhan jenis kelamin masing-masing terhadap jenis kelamin yang berlawanan tidak mungkin terelakkan seperti lo butuh makan untuk hidup. Setiap manusia dilahirkan dengan organ seks yang saling membutuhkan organ seks yang lain. Ngga bisa ditawar-tawar lagi.

2 komentar:

arie-sa mengatakan...

~It's just the way it is. Kebutuhan jenis kelamin masing-masing terhadap jenis kelamin yang berlawanan tidak mungkin terelakkan seperti lo butuh makan untuk hidup. Setiap manusia dilahirkan dengan organ seks yang saling membutuhkan organ seks yang lain. Ngga bisa ditawar-tawar lagi.~

bagian penutupnya mantap. :D.

Mithya mengatakan...

dan semoga ngga ada lez yang tersinggung..