Halaman

Sabtu, 28 Februari 2009

Tuhan gue

Membicarakan entity yang satu ini ngga akan ada habisnya, ngga akan ada kesepakatannya dan udah jadi sifat manusia untuk suka berdebat tentang hal-hal yang diluar kemampuan pemahamannya. So drop it guys, I'm here talking MY god.

Gue dan Lushka sendiri termasuk orang-orang yang percaya dengan keberadaan tuhan. Gue percaya dengan konsep tuhan Islam dan Lushka percaya dengan konsep tuhan Katolik. Kita berdua juga termasuk orang-orang yang masuk sekolah agama masing-masing dan di umur tertentu memulai pencarian kita juga tentang yang namanya tuhan. Gue mengambil jalan yang cukup ekstrem, berusaha memahami atheist terlebih dahulu. Alhamdulilah, gue mendapat satu opini dari bertahun-tahun membaca website-website atheist: atheist are idiots (dan hal ini sebenarnya juga berlaku sebaliknya buat mereka ke kita). Mereka orang-orang yang menyerah dari berusaha untuk mencari karena malas, sombong dan ignoran. Atau mungkin memang plain idiots, hehe..


Gue inget dengan salah satu pembicaraan dengan bokap gue tentang tuhan. I was about 12 years old dan kita sekeluarga lagi makan di restoran sunda. Tiba-tiba dia bilang,”Mit, pernah mikir ngga bagaimana kalau ternyata tuhan adalah sesuatu yang diciptakan oleh manusia?” Selanjutnya dia menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang rapuh. Kita butuh motivasi dan harapan untuk hidup. Di tengah-tengah keputusasaan mereka, mereka mencari-cari kekuatan yang lebih besar dari mereka yang bisa memberi mereka harapan akan kehidupan yang lebih baik. Diawali dari benda-benda angkasa seperti bintang, bulan, dan matahari sampai ke benda-benda yang mereka pahat sendiri. Berangkat dari hal tersebut, bokap memang mengajarkan gue salah satu bentuk paling sederhana dalam berpikir logis: Skeptis. And I am more than gratefull he taught me that.


Ngga, bokap gue ngga atheist. Dia muslim yang juga masih mencari jati dirinya, layaknya manusia normal. Dia hanya suka ngajak gue berpikir di luar dogma dan dikte.


Dari buku Dan Brown “Angel and Demons” gue diingatkan dengan cara berpikir orang Barat yang sudah terbentuk selama ribuan tahun. Ilmu dan agama ngga akan bisa bersatu. Salah satu opini paling aneh yang pernah gue denger, karena sepanjang sejarah hidup gue sebagai muslim, kitab agama gue ngga pernah bertentangan dengan yang namanya ilmu pengetahuan dan ngga pernah melarang perkembangannya. Sekali lagi ngga ada yang menyebabkan hati dan otak gue harus bertentangan.


Anyway, my old man sekitar setahun yang lalu juga pernah cerita tentang ditemukannya sebuah kelenjar/bagian di otak yang disebut dengan “kelenjar tuhan”. Dari hasil penelitian empiris, bagian otak ini hanya berkerja ketika seseorang merasa berada dalam keadaan paling dekat dengan tuhan, ketika mereka mencapai tingkat tertinggi dalam spiritualitas. Of course, pertanyaan mendasar empiris: mana yang lebih dulu? Apakah bagian otak ini yang menyebabkan kita “berilusi” tentang adanya tuhan atau memang tuhan menanamkan bagian itu untuk manusia tetap mengingatNya?


Bagi gue, terlahir dari keluarga Islam, disekolahkan di salah satu sekolah islam terbaik, menimbulkan pertanyaan, apakah agama yang gue pegang bukan karena terkondisikan? And it is not. I have, in all my power, trying to find out what is best for me. Gue dalam tingkat tertentu merasakan keberadaan tuhan dimana-mana. Gue percaya ngga cuma di tingkat logika, tapi juga di tingkat emosional.


Dalam satu buku milik Jeffrey Lang "Aku beriman maka aku bertanya", dia berpendapat bahwa asmaul husna adalah sifat-sifat sempurna tuhan yang dimiliki manusia. Buat gue, it’s another word bahwa bagian dari tuhan ada di dalam diri kita. Bagi orang kristen/katolik mungkin bisa digambarkan dengan roh kudus. I feel him inside of me.


6 bulan yang lalu gue menemukan satu quote yang blew me away. A say from Rene Descartes. Ide bahwa adanya tuhan adalah BUKTI keberadaan tuhan itu sendiri. Damn! Those words really run chills to my spine. Bahwa manusia ngga akan mampu memikirkan sesuatu yang begitu besar dan sempurna kalau bukan tuhan sendiri yang mengajarkan. Hik, hiks, terharu...huehehe


Ada satu pertanyaan paling bodoh yang sering disebut-sebut oleh para atheis. Kalau memang ada tuhan, kenapa dunia begitu penuh dengan kejahatan? Jawabannya simpel. Tuhan memang memberikan kita akal dan pikiran untuk berpikir dan memilih. Kalau ngga, ngapain dia menciptakan kita? Adanya baik dan buruk itu malah bukti keinginan tuhan agar kita memilih. Hal-hal garing udah diserahkan semua ke malaikat yang ngga pernah menentang keputusanNya. Lagian mana seru sih dunia yang adem ayem penuh kedamaian? Keindahan dalam hidup manusia adalah ketika kita mampu untuk memilih jalan yang terbaik untuk diri kita dan sekitar kita. Kalau orang kristen/katolik bilang bahwa kita adalah domba-dombanya, we are. Dan seperti para gembala, Dia boleh melakukan apa pun semau-maunya dengan para dombaNya. Pernah punya barbie? What you do to them, is what exactly God doing to us. Bedanya Barbie dan Ken ngga bisa milih, hehehe... Dunia cuma sebuah maket oversized.


Bla, bla, bla, gue berbicara seperti seserang yang sedang berceramah. I’m not. Gue menyatakan dengan pasti bahwa gue percaya keberadaan tuhan dan agama yang gue peluk, tapi gue punya rasa marah yang besar terhadap tuhan. Gue menyalahkan takdir yang diberikan tuhan ke gue. Not because i’m queer, it’s other personal things. Queer adalah pilihan gue dan bukan takdirNya. Terkadang bersyukur juga sih kalau semua cobaan yang dia kasih ke gue make me who I am today, make me stronger than other people. Hey, katanya kan tuhan ngga akan ngasih ujian di luar kemampuan makhluknya bukan? Lucunya gue marah seperti gue marah ke bos gue. Kenapa Dia harus menempatkan gue di posisi-posisi yang tidak menyenangkan? Cobaan Dia adalah tantangan buat gue dimana suatu hari gue pingin bisa berdiri di hadapanNya and said, “I made it, Bos. You can’t put me down.”


Kalau hidup gue lagi terasa kosong, gue akan sengaja dateng ke website-website agama untuk cari ribut. Bukan menghina agama lain, tapi mempertahankan kepercayaan gue, mencari tahu sejauh apa sih gue tau tentang kepercayaan gue, logika apa yang bisa gue gunakan ketika berdebat tentang agama? It gives me adrenaline rush dan rasanya panas membakar dada gue. Rasa marah gue bisa tersalurkan dan hidup gue ngga hambar lagi. Hihihi..ya, gue “menggunakan” tuhan dan agama untuk memberikan “rasa” di hidup gue. Maaf ya, tuhan..hehehe


Terkadang gue berdebat dengan tuhan seperti berdebat dengan seorang guru besar universitas. Terkadang gue berdialog dengan Dia layaknya seperti seorang teman. I believe he wouldn’t mind, hehehe...I believe Dia tau segala kelemahan makhluknya, I believe dia tau bagaimana cara bekerja otak gue yang absurd dan hal itu menenangkan gue. Bahkan gue pernah berpikir kalau di hari hisab, gue bisa ngobrol dan memperdebatkan dosa-dosa gue, hehehe...Of course it’s not gonna happen, tapi tuhan gue adalah tuhan yang menyenangkan.


Tuhan adalah suatu entity yang bisa membuat gue merasa kecil. Believe it or not, it’s something so beautiful if you can feel that too.


Sayang, met puasa yah. Jangan jadi orang “payah”. We’re grown ups yang bisa melaksanakan tantanganNya untuk kebaikan kita sendiri =)

5 komentar:

Anonymous mengatakan...

loh katanya lushka katolik, kok met puasa? puasa apa????


Terry

Lushka mengatakan...

Puasa paskah..Terry.

Makasih,Ayang.
TABOK aja kalo udah ada tanda-tanda mau whining..hehehe.Atau.. Give me that look!
Hehehe

Anonymous mengatakan...

puasa paskah berapa lama, lush???? bukanya cm puasa ga mkn daging???

Anonymous mengatakan...

puasa paskah berapa lama, lush???? bukanya cm puasa ga mkn daging???


Terry

Lushka mengatakan...

40hari,Terry.

Tapi yg wajib rabu awal paskah kemarin *rabu abu* dan tìap jumat. ;-)