Halaman

Sabtu, 12 September 2009

Terlihat mereka-mereka yang tidak memilih ikut mendengarkan. Tampak satu-dua-sepuluh-dua puluh di lapangan terbuka, namun sebenarnya tersembunyi diantara kerumunan. Memandang dengan tatapan keji dan jijik.

Sang orator berteriak-teriak di panggung. Menawarkan persahabatan dan harapan palsu. Dia telah jatuh, jauh. Lama sebelum. Ia pikir ia mesiah.

"Kayak kaset rusak.." bisik yang satu..
"Sabar..gue bawa obatnya..." jawab temannya yang memamerkan senjata semi otomatis di dalam tasnya.

Sang orator terus berbicara berapi-api tentang masa depan palsu yang ia tawarkan.

Satu-dua-sepuluh-dua puluh dari mereka tiba-tiba memasang tudung hitam sang penjagal. Menunggu...

Kini mereka bukan lagi yang tersembunyi diantara kerumunan.

6 komentar:

d` mengatakan...

it sounds like "idealis" dan "emo" yg pernah dibicarakan huh?

d` mengatakan...

wakakakkakaka.
Banget, aku ga tertarik politik.
None of my concern.


:)

Mithya mengatakan...

tulisan ini ngga ada hubungannya dengan idelisme dan emo itu kok D. Kalo lo pernah baca Noel, lo tau kalo gue suka tiba-tiba mengeluarkan isi imajinasi dari dalam kepala.

I don't do politic either. I leave em all to all the bullshit loving people.

maulll mengatakan...

nyoooh, itu maksudnya gimana???

Mithya mengatakan...

Setelah itu para pemakai tudung penjagal melakukan belly dancing bersama-samaaa!!!

hehe...

maull mengatakan...

aaaaaaaaaaaaaaaaa, kaumkuuuuuuuuu, mari belly danciiiing, shake it beybeh shaaaake it, show your mooooojoooooooooo