Permasalahannya adalah gue frustasi dengan hubungan LDR gue dan Lushka. Kalo menurut lo itu masalah kesabaran, that’s bullshit. Gue cuma di Jakarta bagian sini dan Lushka di Jakarta bagian sana. Now how would that make you feel kalo lo harus menjalani hubungan LDR?
Lushka punya jam kerja layaknya orang-orang kerja kebanyakan. 8 to 5. Layaknya orang-orang kebanyakan juga, seringnya dia harus lembur melewati jam 5 kalau masih ada pekerjaan yang harus diselesein hari itu juga.
Gue sendiri saat ini masih nunggu kuliah gue mulai. Jadi basically gue di rumah 24 hour kecuali penyakit nongkrong gue lagi meradang. Baik self-inflicted atau karena dicucuk-cucuk sama temen-temen gue.
The only time we had left udah pasti malem. Let’s just say jam 6 ke atas. Tapi nyokap gue itu model orang tua yang cukup killer. A single parent yang sangat conservative. Gue punya jam malam yang cukup jelas dan perlu laporan A sampe Z kalau gue harus pergi. Pergi tiap hari juga perlu persetujuan nyokap. Yah, bayangin aja kaya gue anak kelas 1 SMP jaman sekarang. Antara bebas-ngga bebas.
Dulu gue sempet kerja. Jujur gue bilang ke Lushka, gue memilih kerja di Sudirman semuanya supaya gue bisa ketemu sama dia lebih gampang. Padahal kerjaannya sendiri ngga 8 to 5. It was 8 to 8 atau kadang lebih. But it gives time to Lushka untuk sampe ke Sudirman dari kantornya. Hasilnya? It was a great and happy moment walaupun kita berdua sama-sama capek harus sampe rumah sekitar midnight.
You see now kenapa ini hubungan LDR? Gue pernah ngitung, naik mobil aja untuk sampe ke daerah rumah Lushka gue butuh waktu hampir 2 jam. While I don’t have my own personal car. Begitu juga dengan Lushka.
The phone call? Lo pikir kita ngga cukup telponan setiap hari? Udah kaya panu. Gatel dikit, garuk. Pagi, siang, sore, malem. Tapi lagi-lagi, yang kerja saat ini Lushka. So she’s the one who feel she got the responsibility to call. Tapi emang gampang ngisi pulsa terus tiap 2 hari sekali? You think that’s not a burden for me too? Kalau giliran dia punya free talk pun, Lushka udah ngga punya tenaga lagi untuk stay awake. She got another day waiting for her to squeeze everything she got. Dan gue yang insomnia tinggal bingung ngerasa ditinggal sendirian.
Akhir-akhir ini frustasi gue nambah. Perasaan kangen gue lagi ada di tingkat paling tinggi. Perasaan gue lagi apa yang kita sebut “berbuncah-buncah”, “meluap-luap”.Coz there is nothing we can do, I decided to do what Mithya would do di keadaan tanpa solusi kayak gini. Lari.
Jelas kok biang masalahnya gue. Mithya yang pengangguran, mithya yang nga bisa keluar malem, Mithya yang ngga bisa nelpon.
Tadi malem puncak rasa kangen dan muak sama diri sendiri. I’m a fucking useless girlfriend.
1 komentar:
Ayang..jangan frustasi ya?
Kita bisa survive kok, yakin dan sabar yaa...
Posting Komentar